dari Mami Akhish di Tsim sha tsui JANGAN SEKEDAR HAUS&LAPAR KORELASI 4 DIMENSI JIWA DALAM BERPUASA
Tema ini ku ambil saat mengikuti tausiyah di masjid Kowloon,meski aku sempat garuk-garuk kepala karena tidak begitu paham dengan bahasa Mami Akhish yang bukan inggris,juga bukan kantonis,membuat aku nyengir dan meringis,demikian ceritanya: Puasa bukan sekedar menahan Haus dan lapar,puasa juga berbeda denagn diet.Puasa memiliki dimensi kejiwaan fisik.Karena itu,aturan berdiet hanya dibatasi oleh jumlah makan dan minum,serta mengatur frekuensi mengkonsumsinya,terutama penurunan berat badan atau penurunan zat-zat kadar gula darah,kolesterol ,asam urat dan lain sebagainya,sedang Puasa lebih bermakna lebih dalam dari itu. Terlibatnya dimensi kejiwaan dalam berpuasa memberikan efek yang lebih mendalam,dengan puasa seseorang harus beraktivitas mulai dari niatan yang bersifat spiritual,menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang membatalkan puasa termasuk makan dan minum. Menurut para Sufi,puasa yang paling rendah tingkatannya adalah puasa sekedar haus dan lapar,boleh jadi meskipun berpuasa,perbuatan dan perkataannya belum menggambarkan kualitas berpuasa.Entah itu berbohong,membual,berkata menyakitkan yang semuanya itu bertentangan dengan nilai-nilai puasa.Sabda Nabi Saw:''banyak diantara orang berpuasa,cuma mendapat dahaga dan lapar saja''.Artunya Beliau mensinyalir sebagian besar kita ternyata melakukan puasa dengan cara tingkatan rendah itu,alias sekedar tidak makan dan tidak minum saja. ''Lho bukankah yang namanya puasa itu memang usaha menahan diri untuk tidak makan dan tidak minum,mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari?jadi,apa yang salah dengan lapar dan dahaga kita,selama puasa?'' Tidak salah,tetapi ternyata juga belum sepenuhnya benar. Karena itu,jangan sampai kita keliru menjadikan haus dan lapar sebagai tujuan puasa,baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Lantas,kenapa untuk melatih kemampuan kontrol diri,kita mesti melalui proses lapar dan haus? Di sinilah kita mesti melihat korelasinya sebagai berikut:
Tema ini ku ambil saat mengikuti tausiyah di masjid Kowloon,meski aku sempat garuk-garuk kepala karena tidak begitu paham dengan bahasa Mami Akhish yang bukan inggris,juga bukan kantonis,membuat aku nyengir dan meringis,demikian ceritanya: Puasa bukan sekedar menahan Haus dan lapar,puasa juga berbeda denagn diet.Puasa memiliki dimensi kejiwaan fisik.Karena itu,aturan berdiet hanya dibatasi oleh jumlah makan dan minum,serta mengatur frekuensi mengkonsumsinya,terutama penurunan berat badan atau penurunan zat-zat kadar gula darah,kolesterol ,asam urat dan lain sebagainya,sedang Puasa lebih bermakna lebih dalam dari itu. Terlibatnya dimensi kejiwaan dalam berpuasa memberikan efek yang lebih mendalam,dengan puasa seseorang harus beraktivitas mulai dari niatan yang bersifat spiritual,menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang membatalkan puasa termasuk makan dan minum. Menurut para Sufi,puasa yang paling rendah tingkatannya adalah puasa sekedar haus dan lapar,boleh jadi meskipun berpuasa,perbuatan dan perkataannya belum menggambarkan kualitas berpuasa.Entah itu berbohong,membual,berkata menyakitkan yang semuanya itu bertentangan dengan nilai-nilai puasa.Sabda Nabi Saw:''banyak diantara orang berpuasa,cuma mendapat dahaga dan lapar saja''.Artunya Beliau mensinyalir sebagian besar kita ternyata melakukan puasa dengan cara tingkatan rendah itu,alias sekedar tidak makan dan tidak minum saja. ''Lho bukankah yang namanya puasa itu memang usaha menahan diri untuk tidak makan dan tidak minum,mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari?jadi,apa yang salah dengan lapar dan dahaga kita,selama puasa?'' Tidak salah,tetapi ternyata juga belum sepenuhnya benar. Karena itu,jangan sampai kita keliru menjadikan haus dan lapar sebagai tujuan puasa,baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Lantas,kenapa untuk melatih kemampuan kontrol diri,kita mesti melalui proses lapar dan haus? Di sinilah kita mesti melihat korelasinya sebagai berikut:
- Dimensi Fisik>Haus dan laparadalah sebuah proses yang membawa kesehatan kita mencapai kondisi yang seimbang kembali,setelah sekian lama dibebani metabolisme yangberlebihan.
- Dimensi Psikis>Haus dan lapar adalah kondisi kritis manusia dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya,yang bisa digunakan untuk melatih pengendalian dirisecara kejiwaan,di sini kita bisa berlatih misalnya keteguhan hati.
- Dimensi sosial>Haus dan lapar juga digunakan untuk mengingatkan kita tentang kondisi orang-orang yang terpinggirkan dan orang yang kurang beruntung di sekitr kita.
- Dimensi spiritual>Haus dan lapar menyebabkan kita teringat terus bahwa kita sedang dalam kondisi berlatih untuk meningkatkan kualitas ketagwaan kitayang berujung pada penyerahan diri kapada Allah Sang Pencipta Yang Maha Agung
Mari kita renugkan sebarapa jauh nilai dan makna puasa yang kita lakukan?Mampukah kita ? Maka marilah kita lakukan terus ekksplorasi kepahaman kita terhadap ilmu-ilmu Allah,termasuk berpuasa.Sungguh tersimpan berjuta misteri ketika Dia mengatakan bahwa ''berpuasa adalah lebih baik bagimu,jika kamu mengetahui.....?!''
Mumpung nggak ada yang koment,... aku sekalian mangkal aja disini.
Apa-apa yang diwajibkan kepada kita dari Allah Ta’ala harus kita lakukan, karena kita sebagai seorang muslim. Puasa ini juga yang dilakukan oleh orang2 sebelum kita, sebagaimana dalam firman Allah :
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS 2 : 183).
Didalam firman surat Al Baqarah ayat 183 tersebut kita harus menyadari bahwa sebenarnya puasa ini adalah mengerem hawa nafsu kita. Semua perbuatan yang tidak baik harus kita hilangkan.
Dan sebenarnya Allah memberikan ramadhan, bulan yang penuh rahmat ini kepada kita, agar kita itu senantiasa ingat untuk tidak melakukan hal yang buruk di dunia ini. Rasa sayang Allah yang sedemikian besar sehingga memberikan bulan ramadhan ini kepada kita, subhanallah.
Dari segi filosofi puasa adalah:
“Sebuah upaya mengendalikan diri dari dorongan nafsu yaitu nafsu syaithoniah.”
Karena manakala nafsu syaithon ini menguasai maka pekerjaan manusia itu layaknya adalah seperti syethon.
Maka dalam puasa ini dituntut kita untuk mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu syaithoniah tersebut, hal ini dimaksudkan untuk menciptakan kesalehan individu.
Sehingga setelah terbentuk kesholihan individu maka akan terjadi dampak social yaitu kehidupan semakin saling mensejahterakan yaitu yang besar dihormati dan yang kecil disayangi.
kalau dari segi kesehatan bgaimana mba Dhana...
puasa memang sangat baik sekali ya...dari segi kesehatan juga..
puasa bermanfaat dari segi manapun...bisa mengontrol hawa nafsu kita.
puasa sangat banyak manfaatnya..
Informasinya sangat bagus, bermanfaat dan memberikan pengetahuan baru tentang puasa