17 January, 2012

Cinta Menampung Air Mata

Segala Puji hanya milik Allah swt sehingga saya kembali posting amien.

Seberapa besarkah Cinta Menampung Air Mata?
Sederet pertanyaan itulah yang muncul di benak saya, ketika seorang teman menjadikan saya pendengar setia dari kisah pernikahannya.

Pada mulanya kisah perkawinannya yang dituturkan begitu membius dan menghibur saya, tapi romansa itu tiba-tiba miris ketika dia berucap''kini semua sudah berakhir Mbak...!"
Pernikahan yang hampir memasuki seumur jagung harus dirasakan pahit getirnya dengan sebuah percekcokan antara orang tua dan sikap si suami yang belum memiliki penghasilan kuat.

Si wanita tersebut diminta pulang oleh orang tuanya bahkan dia disuruh bercerai hanya karena faktor ketidak terbukaan penghasilan, si lelaki sudah meminta maaf dan siap membina rumah tangga kembali meski sejujurnya dia menyayanginya namun tetap saja perceraian terjadi.

Dia berkeluh kesah tak berhenti di kalimat itu saja, alasan latar belakang suami yang tidak berpenghasilan, alasan si istri yang mudah marah dan  tidak mau menerima apa adanya.

Bagi seorang wanita yang kadang sulit mengolah perasaan terkadang memang merasa sedih bahkan meratap tentang  semua deritanya, ketika itu saya menatap teman saya dimana air mukanya yang keruh, matanya sayu dan air menggenang di kelopaknya.

Saya terkesima ketika membaca karya mbak Nurmayanti Zain yang bertitle tak selamanya,di situ saya menemukan cahaya dan celah semangat hidup. Dengan ungkapan ''...Lucu saja membayangkan hari-hariku dulu yang cukup suram tanpa cahaya Islam. Yahh, tak selamanya sosok diri akan tetap seperti itu. Allah-lah yang Mahatahu apa yang akan terjadi pada diri kita. Tugas kita hanya berusaha, berdoa, dan bertawakkal.(tertulis 11 mei 2011)

Membaca lagi dari sebuah artikel beliau yang bertitle agar bahtera tidak tenggelam, saya menemukan hikmah yang begitu hebat. Meski terkesan hanya sebait sebuah hadist yang membius saya untuk menyikapi hidup ini dengan sebuah tindakan yang benar tanpa keluar dari aturan agama yang ada.

Sementara itu dari sang Suami saya mendapatkan sebuah petuah yang mampu mendobrak saya untuk kembali sadar bahwa hidup ini harus di syukuri dengan apa adanya dan adanya apa. Karena tak selamanya seperti yang diungkapkan mbak Nurmayanti Zain, jadi kita sebagai hamba yang istiqomah dijalan-Nya hanya mampu berusaha, berdoa dan bertwakkal. Sehingga kelak kita menuju Kampung akhirat dengan nikmat dan selamat amin.

Dari apa yang disampaikan sang Suami saya dan Mbak Nurmayanti Zain saya dapat merangkum dengan sebuah motivasi hidup yakni:
Hidup memang rahasia tidak ada yang bisa menebak atau direkayasa menjadi apa maunya. Apa yang bisa kita lakukan untuk hidup?Ccukup dengan menjalaninya and never cross the road of life, ya begitulah hidup karena kesalahan  dan kebaikan apapun akan kembali juga kepada si pelaku hidup.

Sudah cukuplah kiranya "cinta menampung air mata". Segumpal gundah gulana serta rasa duka yang menghantui saya tiba-tiba berangsunr pulih dengan penenangan sang Suami. Malam itu katika hati saya terasa pilu seolah semua terasa kelabu dan air mata  hampir mengharu biru lantaran persoalan hidup yang belum rampung, sepotong mimpi mampir di dalam tidur saya.Ada pesan indah penuh hikmah dari seorang yang sudah almarhummah untuk senantiasa ingat dan taat beribadah.

Saya pun terjaga di pukul 4 pagi dini hari menjelang subuh itu, syahdu ragu dan saya membisu apakah mimpi itu sebagai penawar luka dengan membaca untaian doa yang ada dalam mimpi tersebut? Hingga akhirnya saya menceritakan mimpi itu pada Suami. Hmm....sebuah tanda tanya terjawab dan mampu menggedor bathin saya.

Dari situ pulalah saya mendapatkan percikan do'a dan hikmah dari pengakuan cerita pernikahan teman dan pengalaman diri serta pendobrak semangat dari sang Suami dan mbak Nurmayanti Zain lewat artikelnya sehingga mampu mengajarkan saya untuk bisa dan bagaimana menolak derita.

Tersenyum sendiri dan ehm....rupanya  filosof Jerman yang lahir pada tahun 1844 bernama Friedrich nietzsche lewat perkataan''manusia yang memiliki sebuah alasan untuk hidup dapat menahan penderitaan apapun''.

Sebagai penutup, mari saya kutipkan sebuah aforisma dari Syekh Ibn 'Atai'llah dalam kitab al-hikam: ''kala berkurang apa yang membuatmu senang, maka kuranglah pula apa yang engkau sedihkan''.

Baiklah dengan uraian diatas saya yakin kita akan bisa menampung air mata dengan memberikan porsi yang tepat pada tempatnya dalam kasanah Cinta. Semoga memberikan inspirasi dan bermanfaat.amien.
"Tulisan di atas diikutsertakan dalam Giveaway Kemilau Cahaya Emas yang diselenggarakan oleh Mbak Nurmayanti Zain"



related Article:

407 Was Commented to “Cinta Menampung Air Mata”

«Oldest   ‹Older   401 – 407 of 407   Newer›   Newest» «Oldest ‹Older   401 – 407 of 407   Newer› Newest»

Post a Comment

Terima kasih atas komentar Anda/Thanxs for Ur Comments/
感谢您的评论 dan please dont SPAM yach...

 

Dhana Arsega/戴安娜 Copyright © 2011 --Edit and Converted by Dhana Arcamo